"Bu, tulisan basmallahnya bukan begitu, tapi yang kaya Bu Guru yang biasa"
Ya, itu merupaka statmen pertama yang keluar dari salah satu murid mungil yang berhasil pula membuat drop semangat saya saat itu..
Siang itu, sedang berlangsung kegiatan Guru se-kecamatan yang berdampak ustadz ustadzah di Madrasah Diniyyah Takmiliyyah Mahmudiyyah menjadi izin tidak masuk pada hari itu. Ya, alternatif jitu yang selalu di pakai ialah menghubungi saya untuk ikut membantu mengisi kelas yang kosong. It's Okey.. :)
Jujur saja, itu merupakan pengalaman mengajar saya dengan tujuan yang bersistematis. Bukan berarti dalam memberikan pengajaran sebelumnya tidak mempunyai tujuan, hanya saja saya ingin mengaplikasikan ilmu yang sudah saya dapatkan di Universitas Djuanda Bogor.
"Assalamu'alaikum anak-anak Ibu yang cantik..." Sapaan pertama yang saya lontarkan kepada siswi kelas 1 itu yang berhasil membuat keadaan yang asalnya ricuh menjadi hening seketika. "Ayo kita masuk yuk" lanjut kata saya, "Ibu guru baru yang ngegantiin bu Isni ya" celoteh Nadira polos yang hanya saya balas dengan senyuman hangat. "Ibu mau buat kalian tidak pernah melupakan belajar hari ini" "Benar bu?" Annisa menyambut pernyataan saya saat itu. hingga muncullah wajah wajah menggemaskan yang bagai sedang mengharapkan sesuatu yang amat disukainya. proses awal belajar mengajar berangsung seperti harapan hingga tibalah.... "Bu, tulisan basmallahnya bukan begitu, tapi kaya Bu guru yang biasa" ujar Nadira dengan wajah polos lagi! Sontak statment yang hanya berlangsung seperkian detika mampu memutarkan kerja otak saya lebih keras dan lebih gugup! Bukan masalah tidak bisa menirukan tulisan yang dimaksud, hanya saja saya bingung untuk memberikan alasan kepada anak sekecil itu, mau di jawab dengan teori ya masaiya, gak dijawab ya saat itu posisi saya sebagai guru yang harus menjawab segala perrtanyaan siswanya dengan baik tapi masalahnya yang nanya ini anak seusia TK bukan Mahasiswa yang siap berargumen logis seperti biasa di kampus!!! Oh My God!!!
detik demi detik saya lewatkan hingga tibalah suatu ilham (udah kaya penulis tingkat tinggi)... Saya ingat perkataan salah satu dosen saya "Guru itu harus lebih pintar daripada muridnya, sekalipun itu hal yang tidak mungkin"
"Bisa nadira bantu itu buatkan basmallahnya sayang??" pertanyaan yang sebenarnya ngeles tingkat dewa.. "Biar Hilda yang kasih contoh Bu" "Pintar! ayo kedepan sayang". Dan berakhirlah pertanyaan konyol tersebut yang semoat membuat semangat saya jatuh.. pembelajaran kembali seperti tujuan awal, yaitu memberikan pengajaran yang aktif dan menyenangkan. Yang biasanya kelas itu sulit untuk tenang, hari itu entah kenapa keadaan berubag 180 derajat, tenang, kondusif, aktif, dan menyenangkan. Itu adalah salah satu bentuk eksperimen antara teori-teori yang sudah saya daparkan di kampus saya dengan keadaan nyata yang untuk menyatukan keduanya merupakan hal yang tidak mudah..
Akhirnya bel berbunyi dan wajah wajah polos mereka seketika berpaling kepada bunyi bel tersebut "Yaaaaah, pulang bu.. padahal kita masih pengen denger cerita ibu" ucap Salma. "Lain kali Ibu kasih cerita lagi ya sayang, sekarang kalian pulang dulu orang tua kalian sudah menunggu". Nadira siswa terkecil usianya dikelas itu menghampiri saya dan memberikan selembar kertas berisikan sebuah gambar. "Ini buat ibu" kata Nadira. "Bagus sekali sayang, kalau boleh tau ini gambar siapa yang kamu buat" "Ini Nadira, ini Ibu, dan ini tuyul bu" Nadira menjawab. "Kenapa ada tuyulnya Nadira?" Saya heran dan bingung "Gatau bu, Nadira seneng aja liat film tuyul" jawaban konyol sekaligus membuat saya menahan tawa hingga keluar kelas.. (Mungkin ini efek dari Media TV)kamirinduguru.blogspot.com